TUGAS
TERSTRUKTUR
|
DOSEN PENGAMPU
|
Filsafat Ilmu
|
Prof. Dr.H. Kamrani Buseri, MA
|
FILSAFAT
ILMU PADA ABAD PERTENGAHAN DAN MASA KEJAYAAN ISLAM
Disusun
Oleh:
Leny
Ramdinah (1101210)
Nahdiatul
Husna (1101210374)
Norhamidah
(1101210)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI BANJARMASIN
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
BANJARMASIN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya hingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Filsafat Ilmu pada Abad
Pertengahan dan Masa Kejayaan Islam.
Kami
menyadari sepenuhnya adanya kekurangan-kekurangan, baik
segi kejelasan maupun kadalaman bahasan dalam setiap topik materi, sehubungan
dengan
itu penulis mengharapkan untuk kritik dan saran untuk perbaikan yang
akan datang.
Dengan selesainya
makalah Filsafat Ilmu ini kami tdak lupa mengucapkan teima kasih kepada dosen
pengampu Bapak Prof. DR. Kamrani Buseri, MA atas bimbingannya.
Dengan bimbingan dan do’a semoga Allah
memberikan pahala yang setimpal. Amin.
Banjarmasin, 06 oktober 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………….……...I
Daftar
Isi ........................................................................................................ ..II
Pendahuluan
……………………………………………………………….…1
Pembahasan……………………………………………………………….…..2
A. Filsafat
Abad Pertengahan…………………………………………2
B. Perkembangan Ilmu Zaman
Islam……………………………….…7
C. Perkembangan
Ilmu pada masa kejayaan Islam…………………..10
Penutup…………………………………………………………..……….…..11
a.Simpulan……………………………………..………………….…..11
Daftar
Pustaka…………………………………………………………..…..12
BAB I
PENDAHULUAN
Awal
timbulnya filsafat tidak diketahui secara pasti. Namun, filsafat pertama kali
hanya dapat diketahui dari permulaan orang-orang yang menamakan dirinya Sophia
pada tahun 500-400 SM. Sokrates yang melanjutkan filsafat Sophia hidup pada
tahun 469-399 SM. Kemudian, datang filosof lain, yaitu Plato tahun 427-357 SM.
Dari Plato menurun kepada Aristoteles yang hidup antara tahun 384-322 SM.[1] Beberapa ahli filsafat ini
meletakkan dasar-dasar pemikiran filsafat.
Setelah masa Plato dan Aristoteles, berlalulah satu kurun
panjang manakala murid-murid kedua tokoh itu tenggelam dalam pengumpulan,
pengaturan dan pengupasan pendapat-pendapat kedua guru mereka. Murid-murid ini
turut meramaikan pasar filsafat. Namun tidak lama berselang, keramaian itu
berganti dg kemandekan, kegairahan berangsur hilang dari peredaran. Di Yunani
tinggal segelintir konsumen yang berminat kepada ilmu pengetahuan.
Guru-guru seni dan ilmu berpindah ke dan
menetap di Aleksandaria.Kota ini menjadi pusat ilmu sampai abad ke 4 SM.
Abad pertengahan abad 2 SM sampai abad 14 M,
termasuk di dalamnya kejayaan dunia Islam. Kalau sebelum abad pertengahan
adalah abad Yunani Kuno dengan tiga tokoh besarnya, maka sejak Rasulullah
diutus oleh Allah melalui tanah Arab, orang-orang yang paling pertama
memperoleh pencerahan dari kenabian Muhammad SAW tersebut. Pada abad ke 6 M,
Islam mendorong umatnya untuk memperoleh ilmu dan kebijakan atau hikmah, maka
dengan serta merta di abad ke 7 perkembangan kemajuan bangsa Arab (Islam)
semakin tampak di belahan dunia.
Filsafat ilmu terus tumbuh dan berkembang dari zaman
ke zaman. Perkembangan filsafat ilmu dapat dibagi menjadi beberapa periode,
yakni zaman pra Yunani kuno, Yunani kuno, abad pertengahan, zaman islam, zaman
renaissans (abad 14 – 17 M), zaman modern
(abad 17
– 19 M), zaman kontemporer (abad
20- sekarang). Dalam makalah ini
akan dibahas filsafat ilmu pada abad pertengahan yang merupakan masa kejayaan Islam
dan sumbangan Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
FILSAFAT ILMU ABAD PERTENGAHAN
Filsafat abad pertenghan lazim di
sebut filsafat skolastik. Kata tersebut di ambil dari kata schuler
yang berarti ajaran atau sekolahan. Pasalnya sekolah yang
diselanggarakan oleh Karel Agung mengajarkan apa yang di istilahkan sebagai artes
liberalis, meliputi mata pelajaran, gramatika, arithmatika, astronomia,
musika, dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian
meliputi seluruh filsafat. Belakangan kata skolastik menjadi istilah bagi
filsafat pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang di
pengaruhi Agama.
Filsafat barat abad pertengahan
(476-1492) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan
sejarah gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi
memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Para ahli pikir saat itu juga tidak memiliki kebebasan berfikir. Apalagi
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja.
Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapat hukuman yang berat. Pihak
geraja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio
terhadap agama. Karena itu kajian terhadap agama (teologi) yang tidak
berdasarkan pada ketentuan gereja akan mendapat larangan yang ketat. Yang
berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati
demikian, ada juga yag melanggar peeraturan tersebut dan mereka dianggap orang
murtad dan kemudian diadakan pengajaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap
orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat paus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang
paling berhasil di Spanyol.
Pendapat-pendapat mengenai ilmu di
abad tengah simpang siur. Para sejarawan terdahulu memandang ilmu di zaman itu
belum terbebaskan dari beban dogmatisme dan takhayul, sementara sejarawan
lainnya mencoba menunjukkan bahwa banyak fakta dan prinsip pokok ilmu modern
ditemukan pada waktu itu. Persoalannya menjadi jelas ketika disadari bahwa
orang terpelajar pada zaman itu tidak semuanya mencoba melaksanakan penelitian
ilmiah seperti yang dipahami sekarang ini. Filsafat alamiah dan fakta-fakta
khusus dipelajari terutama dalam hubungan dengan agama. [2]
Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat
abad pertengahan, perlu dipahami karateristik dan ciri khas pemikiran
filsafatnya. Beberapa karateristik yang perlu dimengerti adalah:
1)
Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.
2)
Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
3)
Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus.
Abad pertengahan ini juga dapat
dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya mengiring manusia kedalam kehidupan sistem kepercayaan yang
picik dan fanatic, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena
itulah perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.
Secara garis besar filsafat abad
pertengahan ini dibagi dua periode, yaitu periode skolastik Islam dan periode
skolastik Kristen.
A.
Periode Filsafat Skolastik Islam (Arab)
Kendati islam
sudah dikenal oleh dunia sejak awal abad VII Masehi, namun filsafat dikalangan
kaum muslim baru dimulai pada awal abad VIII. Ini disebabkan karena pada abad
pertama perkembangan islam tidak terdapat isme- isme atau paham-paham
selain melayu. Di kalangan kaum muslim filsafat dianggap berkembang dengan baik
mulai abad IX Masehi hingga abad XII. Keberadaan filsafat pada masa ini juga
menandai masa kegemilangan dunia islam, yaitu selama masa Daulah Abbasiyah di
Baghdad 750-1258) dan Daulah Amawiyah di Spanyol (755-7492).
Menurut
Hasbullah Bakry, istilah Skolastik islam jarang di pakai dalam khazanah
pemikiran islam. Istilah yang sering dipakai adalah ilmukalam atau filsafat
Islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya dipisahkan, periode
skolastik Islam dapat kedalam empat masa, yaitu:
1.
Periode Kalam Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok
mutakallimin / aliran-aliran dalam ilmu kalam, yakni:
a.
Khawarij
b.
Murjiah
c.
Qadariyah
d.
Jabariyah
e.
Mu’tazilah
f.
Ahli Sunnah
2.
Periode Filsafat Pertama
Periode ini
ditandai dengan munculnya ilmuwan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang
menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani, terutama filsafat Aristoteles.
Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya
filsuf-filsuf muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah:
a.
Al-Kindi (806-873 M)
b.
Al-Razi (865-925 M)
c.
Al-Farabi (870-950 M)
d.
Ibn Sina (980-1037 M).
3.
Periode kalam kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh-tokoh kalam penting dan
besar pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, mereka antara lain:
a.
Al-Asy’ari (873-957 M)
b.
Al-Ghazali (1065-1111)
4.
Periode Filsafat Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli
dalam berbagai bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa
Daulah Amawiyah di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan.
Dengan tampilnya para filsuf muslim di eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh
berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah:
a.
Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di barat di kenal Avempace
b.
Ibnu Thufail(m.1185 M), di barat di kenal Abubacer
c.
Ibnu Rusyd(1126-1198), di barat di kenal Averroce
Perlu dicatat
di sini bahwa pada masa ini Ibn Rusyd menunjukan sikap pembelaannya terhadap
filsafat dan para filsuf atas serangan-serangan Al-Ghazali dalam buku Tahafut
al-Falasifah dengan bukunya yang berjudul Tahafut al-Tahafut (kerancuan {kitab}
tahafut)
5.
Periode kebangkitan
Periode ini dibangkitkan kembali dunia
islam setelah mengalami kemerosotan alam pikiran sejak abad XV hingga abad X1X.
Oleh karenanya, periode ini di sebut juga sebagai Renaissans islam. Di antara
tokoh yang mempengaruhi adalah Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha, Muhamad Iqbal dan masih banyak lagi.
B.
Periode Filsafat Skolastik Kristen
Periode
skolastik Kristen dalam sejarah perkembangannya dapat di bagi menjadi tiga, yaitu
masa skolastik awal, masa skolastik keemasan, dan masa skolastik akhir.
1.
Masa skolastik awal (Abad 9-12 M)
Masa ini
merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan abad pertengahan setelah
terjadi kemerosotan. Kemorosotan pemikiran Filsafat pada masa pra-Yunani di
sebabkan kuatnya dominasi golongan gereja. Pada saat ini muncul ilmu
pengetahuan yang dikembangkan di sekolah-sekolah. Mulanya skolastik timbul
pertama kalinya di biara selatan dan akhirnya berpengaruh ke daerah-daerah lain.
2.
Masa Skolastik keemasan
Pada masa
skolastik awal, Filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya Kristiani. Tetapi
sejak pertengahan abad ke12 karya nya non kristiani mulai muncul dan filsuf
islam mulai berpengaruh dari tahun 1200-1300 M. Masa ini juga disebut juga masa
berbunga disebabkan bersamaan dengan munculnya beberapa universitas dan
ordo-ordo yang menyelanggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.
Secara umum ada
beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai keemasan yaitu :
a.
Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu sina sejak abad
ke 12 hingga pada abad ke 13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.
Tahun 1200 M didirikan Universitas Alamameter di Prancis.
Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Alamameter inilah
sebagai embrio berdirinya universitas di Paris, Oxpod, Montpellier,
Cambridge, dan lain-lainya.
c.
Berdirinya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana
yang semarak pada abad ke -13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kerohanian saat
kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peranan dibidang filsafat dan teologi,
seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scontus, William
Ocham.
3.
Masa Skolastik Akhir
Masa skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berfikir filsafati
sehingga menyebabkan filsafat skolastik Kristen. Meskipun demikian, masih
muncul tokoh yang terkenal pada masa ini, yaitu Niccolaus Cusanus (1401-1404).
Dari pemikiran filsafatnya ia membedakan tiga macam pengenalan yang kurang
sempurna.
C.
Skolastik Thomas Aquinas
Puncak tradisi
pemikiran skolastisisme adalah pada masa Thomas Aquinas. Ia adalah seorang
pendeta dominikian Gereja Katolik. Karya Filsafatnya yang terpenting
adalah multicolume summa contra
gentiles (sebuah rangkuman melawan orang kafir) sedangkan summa
theological (rangkuman teologi) menjadi karya teologinya yang di sajikan
secara sistematis yang dipersembahkan bagi orang-orang yang ingin menjadi
biarawan dan pendeta.[3]
B.
PERKEMBANGAN ILMU ZAMAN ISLAM
Sebelum di uraikan sejarah dan
perkembangan ilmu dalam islam, ada baiknya di uraikan sedikit tentang pandangan
islam terhadap ilmu.
Sejaka awal kelahirannya, islam
sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu.sebagaimana sudah
diketahui, bahwa Nabi Muhammad Saw. Ketika diutus oleh Allah sebagai Rasul,
hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana paganisme tumbuh menjadi sebuah
identitas yang melekat pada masyarakat Arab masa itu. Kemudian islam datang menawarkan
cahaya penerang yang mengubah masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat yang
berilmu dan beradab.
Kalau dilacak akar sejarahnya,
pandangan islam tentang pentingnya ilmu tumbuh bersamaan dengan munculnya islam
itu sendiri. Ketika Rasulullah Saw, menerima wahyu pertama, yang mula-mula di
perintahkan kepadanya adalah “membaca” jibril memerintahkan. Muhammad dengan bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan “.
Perintah ini tidak hanya sekali di ucapkan jibril tetapi berulang-ulang sampai
Nabi dapat menerima wahyu tersebut. Dari kata Iqra inilah kemudian lahir
aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui
ciri sesuatu dan membaca teks baik yang tertulis maupun tidak. Wahyu pertama
itu menghendaki umat islam untuk senantiasa “membaca” dengan dilandasi Bismi
Rabbik, dalam arti hasil bacaan itu nantinya dapat bermanfaat untuk
kemanusiaan. Lebih lagi sumber pokok ajaran islam ini memeainkan peran ganda
dalam penciptaan dan pengembanagan ilmu-ilmu. Peran itu adalah pertama, prinsip-prinsip
semua ilmu dipandang kaum muslimin terdapat dalam Al-Qur’an, terdapat pula
penafsiran yang bersifat esoteric lebih mendalam terhadap kitab suci ini, yang
memumngkinkan tidak hanya misteri yang dikandungnya tetapi juga pencarian makna
secara mendalam. Kedua, al-quran dan hadits menciptakan iklim yang kondusif
bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan ilmu,
pencarian ilmu dalam segi apapun pada akhirnya akan bernuara pada penegasan
Tauhid.
Dalam perjalanan ilmu dan juga
filsafat didunia islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsilasi – dalam arti
mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan
seringkali ekstrim – antara pandangan filsafat
Yunani, seperti filsafat Plato dan Arisoteles, dengan pandangan keagamaan dalam
islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Sebagai contoh konkret
dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memerikan pengaruh yang
besar pada mazhab-mazhab islam. Al-Farabi, dalam hal ini, memiliki sikap yang jelas
karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus
bersepakat diantra mereka sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah
kebenaran. Bahkan bisa dikatakan para filsof Muslim mulai dari Al-Kindi sampai
ibnu Rusyd terlibat dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan
pandangan-pandangan yang relative baru dan menarik. Usaha-usaha mereka pada
dilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya
kedalam-studi-studi keislaman lainnya, dan tidak diragukan lagi upaya
rekonsiliasi oleh para filsof Muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang
kuat anatara filsafat Yunani.
Selain itu, pada masa ini juga
didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh, Ephesus, dan Iskandariah,
dimana buku-buku-buku Yunani purba masih dibaca dan diterjemahkan kedalam
berbagai bahasa , terutama, siriani, bahkan setelah pusay-pusat ini dikatakan
oleh umat islam, pengaruh pemukiran Yunani tetap mendalam dan meluas. Pada masa
ini juga didapai seorang tokoh Kristen bernama Nestorius, yang melakukan
dekontruksi atas pemahaman teologi kalanga Kristen konservatif ortodoks,
setelah ia terpengaruh oleh alam pikiran Yunani tersebut. Ia bersama
pengikutnya kemudian hijrah ke Suriah dan melanjutkan kegiatan ilmu pengetahuan
dan filsafat Yunani.
Hal ini menunjukkan bahwa islam
tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual , tetapi juga membuktikkan
kecintaan umat islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada
ilmuwan, tetapi memandang agama mereka.
Islam adalah peristiwa Fitnah
al-kubra, yang ternyata tidak hnaya membawa konsekuensi- logis dari segi
polotis an-sich seperti yang dipahami selama ini tapi ternyata juga
membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia Islam
pasca terjadinya Fitnah al-kubra, muncul berbagai golongan yang
memilikia aliran teologis tersendiri yang pada dasarnya berkembang karena
alasan-alasan politis. Pada saat itu muncul alairan syi’ah yang membela Ali,
aliran Khawarij , dan kelompok Muawiyah. Namun, di luar konflik yang munculpada
saat itu, sejarah mencatat dua orang tokoh besar yang tidak ikut terlibat dalam
perdebatan teologis yang cenderung mengkafirkan satu sama lain, tetapi justru
mencurahkan perhatinnya pada bidang ilmu agama. Kedua tokoh itu adalah Abdullah
Ibnu Umar dan Abdullah Ibnu Abbas . yang disebut pertama mencurahkan
perhatinnya dalam bidangilmu hadis, sementara yang disebut belakangan lebih
berorientasi pada ilmu Tafsir. Kedua tokoh ini sering disebut sebagi pelapor
tumbuhnya intuisi keulamaan dalam islam, sekaligus berarti pelapor kajian
mendlam dan sistematis tentang agama islam. Mereka juga sering disbut sebagai
“moyang” golongan sunni atau Ath-al-Sunnah
wa al-Jama’ah.
Seperti sudah di aliran singgung
diatas , pasca Fitnah al-kubra bermunculan bermunculan berbagai polotik dan
teologi.dari sini kemudian dapat dikatakan bahwa sejak awal islam kajian-kajian
dalam bidag teologi sudah berkembang, meskipun masih berbentuk embrio. Embrio
inilah yang pada masa kemudian menemukan bentuknya yang lebih sistematis dalam
kajian–kajian teologis dalam islam. Sebagai contoh, persoalan tentang hukum
orang yang berdosa besar, apakah mu’min atau kafir, masalah kebebasan atau
ketidakbebasan manusia dalam menentukan perbutannya, sudah diwakilli sejak dini
perdebatan antara kalangan Mu’Tazilah dan Khawarij. Dari sini tampaknya ,
seperti ditulis Naution, peranan akal dalam pergaulan pemikiran dan keilmuan
dalam tradisi islam dimulai.
C.
PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA KEJAYAAN ISLAM
Dalam sejarah islam, kita mengenal
nama-nama seperti Al-Mansur, Al-Ma’mun, dan
Harun Rasyid, yang memberikan perhatian teramat besar bagi perkembangan
ilmu di dunia Islam. Pada masa pemerintahan Al-Mansur, misalnya proses
penerjemahan karya-karya filsof Yunani ke dalam bahas Arab berjalan dengan
pesat. Dikabarkan bahwa Al-mansur telah memerintahkan penerjemahan
naskah-naskah Yunani mengenai filsafat dan ilmu, dengan memberikan imbalan yang
besar kepada para ahli bahasa (penerjemah). Pada masa Harun Al-Rasyid (786-809)
proses penerjemahan itu juga masih terus berlangsung. Harun memerintahkan Yuhanna
(Yahya) Ibn Musawayh (w.857), seorang dokter Istana, untuk menterjemahkan
buku-buku kuno mengenai kedokteran. Dimasa itu juga dierjemahkan karya-karya
dalam bidang astronomi, seperti Siddanta, sebuah risalah india yang
diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari (w. 806). Pada masa
selanjutnya oleh al-khawarizmi Siddhanta ini dibuat versi baru terjemahannya
dan diberikan komentar-komentar. Selain itu juga ada Quadripartitus karya
Purdemy, dan karya-karya bidang astrologi yang diterjemahkan oleh satu tim
sarjana.
Dalam bukunya, The Reconstruction
of Religious Thougt in Islam Iqbal menyatakan bahwa salah satu penyebab
utama kematian semangat ilmuwan dikalangan umat islam adalah diterimanya paham
Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya bersifat statis, sementara jiwa islam
adalah dinamis dan berkembang. Ia selanjutnya mengungkapkan bahwa semua aliran
pemikiran muslim bertemu dalam suatu teori Ibn Miskawasih mengenai kehidupan
sebagai suatu gerak evolusi dan pandangan Ibn Khaldun mengenai sejarah.[4]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu:
1.
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan
sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
2.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi dua
periode, yaitu periode skolastik Islam dan periode skolastik Kristen.
3.
Abad pertengahan
abad 2 SM sampai abad 14 M, termasuk di dalamnya kejayaan dunia Islam.
4.
Islam memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi perkembangan
filsafat ilmu dan ilmu pengetahuan secara umum. Ilmuwan muslim yang terkenal
antara lain: Al-Kindi (806-873 M), Al-Raji (865-925 M), Al-Farabi (870-950 M),
Ibn Sina (980-1037 M).
5.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, Ali. 2011. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Ravertz, Jeroma R. 2009. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hoesin, Oemar Amin. 1959. Filsafat Islam.
Jakarta, Bulan Bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar