TUGAS
TERSTRUKTUR
|
DOSEN PENGAMPU
|
Evaluasi Pendidikan
|
Dra.Hj. Nuril Huda, M.Pd
|
VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR
Disusun
Oleh:
Nahdiatul
Husna : 1101210374
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI BANJARMASIN
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
BANJARMASIN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya jua lah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,keluarga,sahabat dan pengikut beliau hingga
akhir zaman. Amin…
Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas individu mata kuliah Evaluasi Pendidikan yang diasuh oleh Ibu Dra. Hj. Nuril Huda,M.Pd. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Nuril Huda,M.Pd yang selaku dosen
mata kuliah Evaluasi Pendidikan yang telah memberikan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Validitas dan Reliabilitas
Tes Hasil Belajar” ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin...
Banjarmasin,Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…......…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………..……………………………………...…ii
BAB I PENDAHULUAN……….…………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR
A.
Validitas Tes Hasil Belajar…………………………………………….….......2
B.
Reliabilitas Tes Hasil
Belajar............................................................................8
BAB III PENUTUP
Simpulan.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..…....16
BAB I
PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar
mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar.
Evaluasi pendidikan merupakan proses dimana seorang guru menggunakan informasi
yang diturunkan dari beberapa sumber informasi agar dapat mencapai tingkat
pengambilan keputusan dengan benar. Informasi mungkin diperoleh dari hasil
pengukuran menggunakan instrumen untuk menghasilkan data kuantitas tertentu,
atau menggunakan teknik lain yang harus menghasilkan data kuantitatif.
Evaluasi memiliki arti penting dalam kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru. Diantara tujuan dari
evaluasi adalah untuk menilai ketercapaian tujuan pendidikan oleh anak didik,
sarana untuk mengetahui apa yang telah anak didik ketahui dalam kegiatan
belajar mengajar, dan memotivasi anak didik. Untuk mengevaluasi hasil belajar
dan proses belajar siswa, seorang guru menggunakan berbagai macam alat atau
instrumen evaluasi seperti tes tertulis, tes lisan, ceklis-observasi,
angket-wawancara, dan dokumentasi.
Keberhasilan mengungkap hasil dan proses
belajar ini sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung
pada kualitas alat penilainya, di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya
tergantung pada cara pelaksanaannya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai
kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu
validitas (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan atau keajegan) alat tes
terjamin kualitasnya.[1] Alat tes yang bagaimana
dan seperti apa yang dikatakan memiliki validitas dan reliabilias ini,
selanjutnya akan kita bahas dalam makalah yan berjudul “Validitas dan
Reliabilitas Tes Hasil Belajar” ini.
BAB II
PEMBAHASAN
VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR
C.
Validitas Tes Hasil Belajar
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai, sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai.
Validitas suatu instrumen evaluasi tidak lain
adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak
diukur. [2]
1.
Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar
sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau
penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua,
penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris,
di mana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical analysis.[3]
a. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional
Tes hasil belajar (THB) yang setelah dilakukan
penganalisisan secara rasional ternyata memiliki daya ketepatan mengukur,
disebut tes hasil belajar yang telah memiliki validitas logika (logical
validity). Istilah lain untuk validitas logika adalah validitas rasional,
validitas ideal, atau validitas das sollen.
Untuk dapat menentuka apakah tes hasil belajar
sudah memiliki validitas rasional
ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi
isinya (=content) dan dari segi susunan atau konstruksinya (consruct).
1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar
adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran
atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil tersebut. Validitas
isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat
pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan (diujikan).
Cara yang dapat ditempuh agar isi tes hasil belajar representatif terhadap
keseluruhan materi tes adalah memilih konsep-konsep materi yang
esensial.Misalnya menetapkan sejumlah konsep dari setiap pokok bahasan yang
ada.Selanjutnya setiap konsep dikembangkan beberapa pertanyaan tes.Disinilah
pentingnya peranan kisi-kisi sebagai alat untuk memenuhi validitas isi.Dalam
hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan
tujuan) agar memenuhi validitas isi, dapat pula dimintakan bantuan ahli bidang
studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau
tidak sebagai sampel tes.[4]
Upaya lain yang dapat ditempuh dalam rangka
mengetahui validitas isi dari THB adalah dengan jalan menyelenggarakan diskusi
panel, yang mengundang para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada
hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan
rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar
yang bersangkutan.
2. Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Secara etimologis, kata “konstruksi”
mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan.
Secara terminologis suatu tes hasil belajar
dapat dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas konstruksi apabila tes
hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaaannya
telah dapat secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.
Validitas susunan berarti bahwa tes hasil
belajar itu memiliki butir-butir soal atau item yang benar-benar telah dengan
tepat mengukur aspek-aspek berpikir (seperti aspek kognitif, aspek afektif,
aspek psikomotorik dan sebagainya) sebagaimana dikemukakan dalam tujuan
instruksional khusus.
Validitas konstruksi dari suatu hasil belajar
dapat dilakukan penganalisisannya dengan jalan melakukan pencocokan antara
aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan
aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional
khusus. Kegiatan menganalisis validitas konstruksi ini dilakukan secara
rasional, dengan berpikir kritis atau menggunakan logika.
Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan cara menelaah
kesesuaian butir THB dengan kisi-kisi dalam hal kontruksinya. Hasil
belajar, faktor (indikator) dan butir-butir instrumen direncanakan dalam
kisi-kisi. Hasil belajar tersusun dari beberapa faktor. Butir-butir tertentu
merupakan bagian dari sebuah faktor. Menelaah butir YHB dilakukan dengan
mencermati kesesuian penempatan butir-butir dlam faktornya. Berbeda dengan
penelaahan butir pada uji validitas isi yang meliihat kesewsuaian butir dengan
kisi-kisi dalam hal muatannya. Penelaahan butir pada uji validitas konstruk
dalam hal konstruksinya. Butir-butir selanjutnya dinyatakan valid apabila
menempati faktor sebagaimana kisi-kisinya. Dengan kata lain, butir dikatakan
valid apabila kontruksinya seperti direncanakan dalam kisi-kisi.
Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan
ahli atau rater. Prosedur pengujian serupa dengan pengujian yang sama dalam uji
validitas isi. Perbedaanya adalah bahwa permintaan pertimbangandalam pengujian
validitas isi adalah kesesuaian butir dengan kisi-kisi dalam hal isi, sedang
dalam pengujian validitas konstruk yang dimintakan pertimbangan dalam hal
kontruksi. Instrumen dinyatakan valid apabila penilai menunjukkan kesepakatan
dalam menilai kontruksi butir yang ditunjukkan oleh korelasi hitung skor kedua
penilai yang signifikan pada taraf signifikansi tertentu.[5]
A. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik
Validitas empiris adalah validitas yang
bersumber atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. Jadi, tes hasil belajar dapat dikatakan telah
memiliki validitas empiris apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
terhadap data hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar
itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya
diungkap atau diukur melalui tes hasil belajar tersebut.
Untuk menentukan apakah tes hasil belajar sudah
memiliki validitas empiris ataukah belum, dapat dilakukan penelurusan dari dua
segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya (predictive validity)
dan daya ketepatan bandingannya (concurrent validity).
a.
Validitas Ramalan (predictive
validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk
Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Sebagai alat
pembanding validitas ramalan adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta
tes mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi. Jika ada mahasiswa yang memiliki
nilai tes lebih tinggi, namun gagal dalam mengikuti ujian semester,
dibandingkan dengan mahasiswa yang nilai tes masuk Perguruan Tinggi lebih
rendah maka tes masuk Perguruan Tinggi yang dimaksud tidak memiliki validitas
prediksi.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa
untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes
yang telah memiliki validitas ramalan atau belum, dapat ditempuh dengan
cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas
ramalannya dengan kriterium yang ada. Jika diantara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang
diuji validitas ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang
telah memiliki daya ramal yang tepat, artinya apa yang telah diramalkan,
betul-betul telah terjadi secara nyata dalam praktek.
Dalam rangka mencari korelasi antara tes hasil
belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang telah
ditentukan itu, cara sederhana yang paling sering digunakan adalah dengan menerapkan
Teknik Analisis Korelesional Product Moment dari Karl Pearson. Rumusnya sebagai
berikut :
b.
Validitas
Bandingan (Concurrent Validity)
Suatu tes dikatakan telah memiliki validitas
bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat
telah mampu menunjukkan adanya
hubungan yang serah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.
Dalam rangka menguji validitas bandingan, data
yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu dibandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. Jika
keduanya memiliki hubungan yang searah, maka tes yang
memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas
bandingan.
1.
Cara
Mencari Validitas Alat Penilaian
Untuk
mencari validitas alat penilaian dapat menggunakan berbagai macam rumus, namun
yang akan dikemukakan di sini hanya dua macam, masing-masing dengan menggunakan
satu bentuk rumus, yaitu:
a.
Validitas
alat penilaian secara kesuluruhan
Salah
satu cara menghitung untuk mengetahui validitas suatu alat penilaian atau alat
ukur, dengan menggunakan rumus “korelasi Product Moment dengan Simpangan”:
(Tidak digunakan “dengan Angka Kasar”)
rxy = Koefisien korelasi
antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan (x= X- dan y= Y-)
= jumlah perkalian x dengan y
= kuadrat dari x ..... = jumlah kuadrat x
= kuadrat dari y..... = jumlah kuadrat y
b.
Validitas
item (butir soal)
Validitas
item soal maksudnya sebuah item soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan
yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total . Skor
pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain,
sebuah item soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item tersebut
mempunayi kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk
mengetahui validitas item digunakan rumus “korelasi Product Moment” dengan
simpanan atau angka kasar, namun yang digunakan disini dengan angka kasar.
Validitas
item (butir soal) dapat juga bertujuan untuk mencari soal-soal tes mana yang
baik dan mana yang kurang baik.
Untuk
mengetahui validitas item ini, dapat dilakukan dengan dua cara;
1)
Menghitung setiap butir soal (rumus “korelasi
Product Moment”).
2)
Analisis butir soal berdasarkan tingkat
kesukaran dan daya pembeda.
B. Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan alat tes. Suatu tes mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap bila digunakan berulang kali, atau ada
perubahan tetapi tidak berarti.
Untuk
dapat memperoleh gambaran yang tetap atau ajeg dari suatu alat ukur memang
sangat sulit, karena di samping eksistensi alat ukur tersebut, juga aspek
kejiwaan siswa itu sendiri ketika menjawab soal selalu berubah, misalnya
kemampuan , kecakapan, sikap, motovasi, dan lain-lain.
Reliabilitas menyangkut
ciri pada metode dan alat evaluasi untuk menghasilkan gambaran tentang derajat
prestasi belajar yang benar-benar dapat dipercaya (terandalkan).[6]
1.
Hal-hal
yang Mempengaruhi Hasil Tes
Paling
tidak ada tiga hal yang dapat mempengaruhi hasil tes, di samping hal lainnya,
yaitu:
a.
Tes
itu sendiri, yaitu panjang atau banyaknya item tes dan kualitas butir-butir
soalnya. Tes yang mempunyai banyak butir soal tentu lebih valid dibandingkan
dengan tes yang sedikit buTes yang mempunyai banyak butir soal tentu lebih
valid dibandingkan dengan tes yang sedikit butir soal. Validitas yang tinggi
juga menunjukkan reliabilitas yang tinggi pula. Jika suatu yang sudah diukur
reliabilitasnya mendapat tambahan butir soal maka dapat dihitung kembali dengan
menggunakan ruValiditas yang tinggi juga menunjukkan reliabilitas yang tinggi
pula. Jika suatu yang sudah diukur reliabilitasnya mendapat tambahan butir soal
maka dapat dihitung kembali dengan menggunakan rumus “Spearman Brown”, yaitu:
Keterangan:
= Koefisien
reliabilitas baru yang dicari
= jumlah butir
soal baru: lama
= koefisen
reliabilitas lama
Contoh:
Suatu tes
terdiri 40 butir soal, ditambah menjadi 60 butir soal, dengan koefisien
reliabilitas terdahulu 0,70, maka dihitung koefisien reliabilitas baru adalah:
Jadi
besarnya koefisien reliabilitas yang baru adalah 0,78. (nilai ini bisa
bertambah dan berkurang)
1)
Jelas
tidaknya rumusan item soal
2)
Baik
tidaknya pengarahan soal kepada jawaban sehingga tidak menimbulkan salah jawab
3)
Petunjuknya
jelas sehingga mudah dan cepat dikerjakan
b.
Kondisi
testee sendiri, maksudnya testee yang dipilih secara khusus berbeda dengan yang
tidak dipilih.
c.
Penyelenggaraan
testing itu sendiri, seperti petunjuk dari tester, keberadaan pengawas, dan
suasana tempat tes dan dan lingkungan, dan lain-lain.
2.
Cara-cara
Mencari Besarnya Reliabilitas
Untuk
mengetahui ketetapan atau reliabilitas
ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Beberapa teknik untuk mengetahui
reliabilitas ini juga menggunakan rumus “korelasi Product Moment”, atau
dilanjutkan dengan rumus “Spearman Brown” atau yang lainnya. Beberapa cara
tersebut adalah:
a.
Metode
Bentuk Parallel (equivalent)
Metode
ini dilakukan dengan menggunakan dua buah alat ukur yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda,
dalam bahasa Inggris disebut alternate forms method (parallel forms).
Dari
dua alat ukur yang disiapkan kemudian dicobakan pada kelompok siswa yang sama,
yang bisa juga disebut double test-double trial method. Sehingga tidak
memungkinkan practice effect (masih ingat soal) dan carry over effect
(super hati-hati karena pengalaman dalam mengerjakan).
Namun
kelemahan dari metode ini adalah pekerjaan tester lebih berat karena harus
menyusun dua seri alat ukur, lagi pula harus tersedia waktu yang lama untuk
mencobakan dua kali tes.
b.
Metode
tes ulang (tes-retest method)
Metode tes
ulang dapat menghindari penyusunan dua seri tes, dalam metode ini tester hanya
menggunakan sebuah alat ukur tetapi dicobakan dua kali, maka dapat disebut single
test-double trial method. Hasil kedua kali tes terhadap suatu alat ukur itu
dikorelasikan sehingga disebut self correlation method. Dengan metode
ini memungkinkan adanya practice effect dan carry over effect, sehingga
jarak waktu yang dekat testee masih ingat isi item soal dan jauh testee dapat
membaca bahan yang teskan.
Walaupun hasil
tes kedua cenderung membaik dari yang pertama, namun yang penting adanya
kesejajaran atau ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang
tinggi.
Contoh:
Tabel: skor dua kali tes dengan seperangkat alat ukur
No
|
Nama Siswa
|
Tes Pertama
|
Tes Kedua
|
||
Skor
|
Rangking
|
Skor
|
Rangking
|
||
1
|
Amat
|
15
|
3
|
20
|
3
|
2
|
Bahri
|
20
|
1
|
25
|
1
|
3
|
Carita
|
9
|
5
|
15
|
5
|
4
|
Dermawan
|
18
|
2
|
23
|
2
|
5
|
Endang
|
12
|
4
|
18
|
4
|
Tampaknya
dari tabel di atas, skor siswa naik, namun kenaikannya dialami oleh semua
siswa.
c.
Metode
Belah Dua (split-half method)
Kelemahan pada dua metode di atas dapat di atasi dengan metode
belah dua ini, karena hanya digunakan satu alat ukur dengan satu kali
dicobakan, sehingga tes ini disebut single test-single trial method. Namun
metode ini harus dua kali hitung yaitu dengan rumus “Korelasi Product Moment”,
dan dilanjutkan dengan rumus “Spearman
Brown”. Sebab ketika membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, maka baru
diketahui reliabilitas separo alat ukur. Selanjutnya untuk mengetahui
reliabilitas seluruh alat tes harus digunakan rumus “Spearman Brown” berikut ini:
Keterangan:
= Korelasi
antara skor-skor setiap belahan tes
= Korelasi
reliabilitas yang dicari (disesuaikan)
Metode
ini dapat digunakan dengan dua cara (1) belahan ganjil-genap, dan (2) belahan
awal-akhir.
d.
Mencari
Reliabilitas Tes Bentuk Uraian
Menilai soal bentuk uraian tidak dapat dilakukan seperti menilai
soal objektif. Karena butir-butir soal uraian menghendaki gradualisasi
penilaian, barangkali nomor 1 nilainya 0 sampai dengan 5, nomor 2 nilainya 0
sampai dengan 8, nomor 3 nilainya 0 sampai dengan 10, dan seterusnya.
Untuk mencari koefisien reliabilitas tes bentuk uraian, terlebih
dahulu ditempuh jalan mencari varians pada masing-masing item soal dan varians
pada skor totalnya, selanjutnya dikalikan dengan proporsi item soal, dengan
menggunakan rumus Alpha berikut ini:
Keterangan:
K= Jumlah item soal
Salah satu syarat agar hasil suatu
tes dapat dipercaya adalah tes tersebut harus mempunyai reliabilitas yang
memadai. Oleh karena itu Jaali dan Pudji (2008) membedakan reliabilitas menjadi
2 macam, yaitu:
- Reliabilitas Konsistensi
tanggapan, dan
- Reliabilitas konsistensi
gabungan item
1.
Reliabilitas Konsistensi Tanggapan
Reliabilitas ini selalu
mempersoalkan mengenai tanggapa responden atau objek terhadap tes tersebut
apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian apabila tes yang telah dicobakan
tersebut dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama, apakah hasilnya
masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua
menunjukkan ketidakonsistenan, maka hasil pengukuran tersebut tidak
mengambarkan keadaan obyek yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah suatu tes
atau instrument tersebut sudah mantap atau konsisten, maka tes/instrument
tersebut harus diuji kepada obyek ukur yang sama secara berulang-ulang.
Ada tiga mekanisme untuk memeriksa
reliabilitas tanggapan responden terhadap tes (Jaali ; 2008) yaitu :
- Teknik
test-retest ialah pengetesan dua kali
dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda.
- Teknik
belah dua ialah pengetesan (pengukuran)
yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama.
- Bentuk
ekivalen ialah pengetesan (pengukuran)
yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian
diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.
2.
Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item
Reabilitas ini terkait dengan
konsistensi antara item-item suatu tes atau instrument.. Apabila terhadap
bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran melalui item yang satu
kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka
pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat
dipercaya. Untuk itu jika terjadi hal demikian maka kita tidak bisa menyalahkan
obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan, dengan mengatakan
bahwa tes tersebut tidak reliable atau memiliki reliabilitas yang rendah.
Koefisien reliabilitas konsistensi
gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan 3 rumus (Jaali 2008), yakni :
- Rumus Kuder-Richardson, yang
dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
- Rumus koefisien Alpha atau
Alpha Cronbach
- Rumus reliabilitas Hoyt, yang
menggunakan analisis varian
Teknik
pengujian validitas item tes hasil belajar
a.
Pengertian
validitas item
validitas item dari sebuah tes adalah ketepatan mengukur
yang dimiliki oleh sebutir item ( yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari tes bagian suatu totalitas ), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur
lewat butir item tersebut.
b.
Teknik
Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar
berdasarkan uraian diatas maka cukup jelas bahwa sebutir
item dapat dikatakan telah memiliki validitas tinggi atau dapat dinyatakan
valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian
atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, skor total disini berkedudukan
sebagai variable terikat sedangkan variable item merupakan variable bebasnya.
Permasalahannya adalah bagaimana Memilih dan menentukan
jenis tekhnik dalam rangka menguji validitas item itu. Seperti yang diketahui
pada tes objektif maka hanya ada dua kemungkinan yaitu betul atau salah.
Setiap butir soal yang dapat dijawab dengan benar diberikan
skor 1 ( satu ) sedangkan untuk setiap jawaban yang salah diberikan skor 0 (
nol ) jenis data seperti ini biasanya merupakan tes benar – salah, ya – tidak
dan sejenisnya dalam ilmu statistic dikenal dengan disket murni atau data
dikotomik. Sedangkan, skor total yang dimiliki oleh masing-masing testee adalah
merupakan penjumlahan dari setiap skor itu merupakan data kontinyu.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai, sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai. Validitas suatu instrumen evaluasi tidak lain adalah
derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.
Untuk
mencari validitas
alat penilaian dapat menggunakan rumus: Validitas
alat penilaian secara keseluruhan, validitas
item (butir soal)
Reliabilitas berhubungan dengan
masalah kepercayaan alat tes. Suatu tes mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap bila digunakan berulang kali, atau ada
perubahan tetapi tidak berarti.
Beberapa cara untuk mengetahui
reliabilitas yaitu dengan menggunakan metode bentuk parallel, metode tes
ulang, metode belah dua dan tes bentuk uraian
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Muhammad. 2007. Evaluasi Pendidikan.
Banjarmasin
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Djamarah, Syaiful Hadi. 2005. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Sudijono, Anas. 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
terima kasih infonya, sangat membantu
BalasHapus